Hari ini, tepatnya dari semalam, aku merasa ada yang aneh
dari diriku. Sesibuk apapun aku berusaha
mengisi hariku dengan aktivitas
harianku, disela terdiam dan termenung, rasa itu muncul lagi. Sebuah rasa yang
pernah aku ceritakan dulu, sebuah rasa yang aku katakana, bahwa aku sendiri tak
mengerti.
Kadang aku berfikir, apa ini yang namanya syndrome “pasca
berpisah?” Apakah memang syndrome seperti itu memang ada? Kamu merindukan
bercerita dengan seseorang yang “close enough to you” tapi there is no more
that thing anymore.
Aku berusaha meyakinkan diriku bahwa ini hanya sekedar syndrome
saja, bahwa ini hanya menguji bahwa aku mampu atau tidak, menguji bahwa aku “masih
tinggal” atau “sudah pergi untuk selamanya”.
Rasanya, aku sengaja dibiarkan sendiri untuk mengerti bahwa
diri ini satu-satunya harapan dan pundak yang layak untukku bersandar.
Pemikiran dalam diri yang berkata bahwa “aku butuh “orang dekat” yang baru
untuk ini semua” harus sirnah dan tidak balik balik lagi.
Sifat bergantung yang dulunya banyak sekali, sekarang sudah
berpresentase sedikit. Rasanya, ini harus dimusnahkan sepenuhnya. Layaknya,
manusia individualis. Indah kadang rasaku, jika dibesarkan dibagian barat,
dengan prinsip hidup “jalani sendiri, kau tak ada bahu lain untuk berharap”,
mungkin akan mendewasakan diriku lebih lagi dan lagi.
Lucu rasanya jika tahun 2018 ini aku masih bicara tentang cinta.
Lucu rasanya jika tahun yang baru ini aku masih berpikir tentang rasa.
Sementara seseorang diluar sana, hanya focus akan tujuan akhir hidupnya. Meletakkan
rasa pada pojok paling sudut, kalau perlu ditutupi dengan selimut agar tidak
terlihat orang banyak. Kau saja yang nikmati. Kau saja yang tersiksa. Lalu
pantaskah aku melakukan hal yang sama? Mengabaikan setiap deruan angin berbuah
bisikan sebuah nama. Mengabaikan segelintir rasa yang menggebu tiada tara.
Ingin rasanya kuhancurkan saja.
Jangan mengulang kisahku, kuingatkan itu. Biar aku saja. Jangan mau dibelai
rasa yang membawamu hanya ke alam penuh asa. Jangan biarkan deruan rasa
membawamu kedalam mimpi syahdu yang ada hanya di khayalan saja. Buka mata. Ini hanya
ujian tentang apa yang kita sebut cinta.
Ah, aku masih kanak- kanak. Jangan bicara cinta padaku
Comments
Post a Comment