Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2017

Pergilah, Bantu Aku dalam Diam

Mungkin tulisanku sudah banyak yang bosan untuk membacanya. Karena kata yang kubagi tak jauh dari rasa sendu. Aku harap, yang membaca juga tidak merasa terbawa suasana sendu hatiku. Kali ini aku ingin bercerita. Sedikit pemikiran tentang cinta. Walau sesungguhnya mungkin aku hanyalah anak bawang, ijinkan aku melepas resah.  Aku sudah lelah berbagi mimpi dalam angan. Aku juga sudah lelah bercerita dalam diam. Berimajinasi engkau sedang duduk disampingku. Memandangku dengan mata berbinar. Berbagi mimpi denganku. Merantai semua angan tentang kita. Dengan bodohnya selalu kulakukan hal itu. Hari ini aku  mulai berfikir kembali. Bahwa menahanmu erat dihatiku bukanlah sebuah cara yang baik. Aku selalu membujuk hatiku untuk terbuka dengan lebar. Dan aku merasa bahwa dia sudah terbuka, namun aku salah. Aku tetap saja menikmati angan yang kuciptakan sendiri. Lalu aku mengingat lagi. Membujuk lagi. Bahwa ini bukannya saat bagi hati untuk menoleransi. Memkasa hati untuk membuka p

Ketika Kata

Ini sebuah kata random untukmu Sebuah kegelisahan yang kadang merangkul erat ragaku Penantian yang aku selalu tunggu Untuk datang menjemputku Aku hanya suka bermain dengan kata Berbagi beberapa kata berbaur irama dan nada Sebuah kerinduan mendalam tak terduga Sebuah harapan yang tak akan padam Inilah kata kata sebagai bukti sebuah kuatir raga Kelak akan kuberikan padamu Membaca sendiri segala getir resah dalam dada Untukmu kutuliskan kuatir dalam kata Penat dalam raga Kesebuah untaian kata bersirat isi gundah gulana Penantianku tersirat kata

Random Thoughts

I do not know why I am so high emotional lately. But it kills me slowly. It started since I have my bachelor degree and gone through almost a year in the hospital to get another degree behind my name. And I am counting days that two weeks later I am officially enough with all the stuff. I started to register myself to another company that is not linear with my  bachelor degree. It stressed me overload an think what it will be, will I be rejected because of my bachelor degree is not linear? Will it be rejected because they think will I have no idea if they approve me as their worker? If I could go back to the time where I should choose my major, I could choose to have psychology or even accountancy. Having this nursing bachelor as mine sometimes burden me so much. Not because I do not love my major, but it such an un-describe- able. Where if I follow my truly degree it leads me to the hospital where I meet a lot of people. That is not the real problem which  I am afraid of. 

Pengabdian Taman Kanak- Kanak

Jadi selama 2 minggu  kedepan saya akan melaksanakan penelitian sebagai tugas akhir saya untuk mendapatkan gelar barudibelakang nama. Yey! Nah, jadi karena tempat penelitian saya dianjurin sama dosen, dan kita pun rata-rata langsung setuju karena juga ga mau brat mikir pusing. Setelah mengiyakan kata dosen, dan kita pun cek lokasi. Tiba dilokasi kita ga nyangka lokasinya jauh banget, saya sampai ajak kawan-kawan untuk jalan kirain dekat, waktu kita buka maps dan ternyata 29 KM. Keren ga sih jalan sejauh itu? Saya ga yakin akan ada yang mau diajak jalan kaki sejauh 29 KM. Anyway, akhirnya dengan buta jalan kita naik becak dan nawar, berhasillah kita dengan harga limabelas ribu rupah (Rp. 15.000,00).  Saya baru tahu ketika sampai ditempat tujuan yang direkomendasikan dosen saya dan ternyata tempat itu bahkan sudah kabupaten lain dengan dirumah saya. Luar biasa. Awalnya kita tahu sih bahwa itu taman kanak-kanak yang dibina sama dosen kita, pertama liat dari luar, tempatnya lumaya

LET YOU GO

Aku selalu berharap engkau mampu membuka dan membaca setiap tulisan yang kutuju padamu. Walau kata hatiku meyakinkanku bahwa kau mungkin bahkan tak terpikir padaku sama sekali. Dan itu menjadi hal lumrah. Sudah biasa rasanya aku memendam semua. Taukah kau, bahwa aku sudah bisa menjalani hidupku dengan apa adanya. Dengan bahagia. Aku sadar sekarang  bahwa prioritas dapat berganti-ganti dalam hidup. Waktu dahulu, aku bahkan tak terima jika aku bukan prioritas, jika kita pun masih bersama, mungkin ditahun ini juga engkau bukan lagi prioritas nomor satu. Dan aku baru sadari itu. Semua sikap ego yang kupertahankan sejak dulu Sudah lebih dari setahun aku mampu menjalani hidup tanpamu. Padahal engkau pasti baik-baik saja disana. Dengan bangganya aku mengatakan pada banyak orang bahwa aku sudah  mampu menjalani hari-hariku seperti biasanya, tanpamu. Namun disebuah titik aku berlutut dan tak mampu lagi menengadah. Aku hanya bisa melihat kebawah, memutar setiap putaran memori yang a