Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2017

Panti Jompo; Cerita Awal Kisah Lansia

July, 2017. Dibulan juli ini kami ditempatkan di dinas sosial, tepatnya dikenal dengan istilah “panti jompo”. Awalnya ada kecanjungan bagi saya dan teman- teman lainnya, namun mau- tidak mau kami harus mampu menyesuaikan diri dengan lansia yang berada disana. Dinas sosial yang kami  tangani memiliki kisaran 19 wisma, dimana dalam 1 wisma dapat berisikan 5-10 lansia. Ada memang lansia yang focus dengan wanita saja dalam satu wisma, ada lelaki saja, ada juga yang campur. Biasanya yang campur ini diisi oleh lansia yang memang suami-istri tinggal di panti jompo tersebut. Kisaran umur lansia yang kami temui disana beragam, namun hampir keseluruhan, lansia disana berisikan lansia berumur diatas 60 tahun. Banyak keluhan pribadi dari segi kesehatan para lansia disana, baik yang mata katarak dan tidak bisa memandang dengan jelas, ibarat orang yang sudah minus 5 namun melihat tanpa kacamata, seluruhnya buram. Ada juga yang menderita diabetes, asam urat, ganggguan pendengaran, gang

Aku harap, Kamu tidak Bosan

Aku suka buta Melangkah tanpa melihat Memilih menutup mata Menikmati setiap apa yang kurasa Aku suka lupa Mengabaikan bisikan yang Kamu berikan Demi menyelamatkan arah hati yang kunikmati dan hilang Tersesat tanpa arah Aku harap Kamu tidak bosan Menggenggam aku tanpa lengah Membalikkan arahku ke jalan yang benar Mencondongkan telingaku pada bisikan jalan benarMu Aku harap Kamu tidak bosan Menepuk pundakku untuk berbalik Mengangkat wajahku dan mengusap Merangkul erat tanpa lepas Bukankah aku memang selemah ini tanpaMu Ego tinggi yang membawaku terlalu jauh Angan angan hampa berterbangan Ingin kugapai satu- persatu tanpa daya Aku harap Kamu tidak bosan Membuka mataku dan menatap Mengangkat wajah dan menghusap Menggenggam tanganku dan berjalan bersama Terima kasih karena tidak memiliki alasan apapun Untuk pergi jauh meninggalkanku Untuk mengabaikanku Aku harap Kamu tidak bosan Aku harap... Kamu tidak bosan.
Sebuah tulisan tak berjudul kupersembahkan untukmu, yang jauh dari pulau tempatku berlabuh. Sebuah kisah  masa lalu, yang kini kusimpan sebagai kisah yang dikonsumsi hanya untuk pribadi. Tak pernah ada janji untuk saling bertukar kabar dan menunggu Tak ada juga kisah untuk tetap menjalani apa yang sudah terbangun Hancur. Berantakan Saya kadang suka penasaran sama mereka yang bahkan tidak mampu membaca perasaannya sendiri Sebuah rasa yang berharap bisa dihilangkan dengan mudahnya Lalu kita, saya dan mereka yang susah berpindah harus melakukan apa? Melampiaskan sebuah kisah ini ke tangan siapa? Bantu saya untuk berhenti Bantu saya untuk tidak lagi berharap Untuk tidak lagi berteduh pada payung dan lay down pada pundak yang sama Kita ini diciptakan untuk berpasangan dengan siapa? Mari ucap kata selamat tinggal Menjadi sebuah kata yang terakhirnya akan menjadi satu-satunya pilihan Terima kasih untuk setiap jalinan kisah Rasa yang sudah terbangun
Untuk engkau yang jauh disana. Aku tidak tahu apa yang sedang kau rasa dan dengan siapa yang mmebuat harimu cerah dari yang kulakukan dahulu. Aku sempat kesal pada diriku sendiri karena hingga saat ini aku mungkin masih saja meletakkanmu di posisi yang strategis sehingga engkau selalu teringat setaiap hari, dengan waktu yang berbeda-beda. Penat rasanya karena tak mampu membiarkanmu musnah saja dari pikiran. Lalu aku bisa apa? Egois, katanya. Ketika aku masih saja berharap lebih pada orang yang sudah bukan jadi milikkku lagi. Tapi apalah dayaku, semua orang bahkan engkau juga tau, bahwa cinta tak pernah memilih untuk jatuh pada siapa. Cinta juga tak pernah memilih harus jatuh sedalam mana. Begitu juga rasa rindu yang membara. Lalu aku harus ucap apa pada siapa? Aku selalu berharap angin mampu menyampaikan padamu besarnya rasa yang kupertanyakan dalam diri agar engkau membalasnya langsung saja dan menyuruhku berhenti memikirkanmu. Atau, mungkin kau sendiri juga tidak perduli? Seper

Kisah Ibu, Kemarin

Waktu itu Ibu saya sedang kerja digarasi rumah, kebetulan kami memiliki peliharaan beberapa hewan anak ayam dari yang kecil hingga yang besar. Ibu sudah memiliki banyak sekali penyakit sejak 5 tahun terakhir.  Komplikasi yang menimpanya membuatnya tidak bebas melakukan apapun. Tidak bebas memakan apapun. Dan segalanya menjadi tidak bebas. Naik turun dariu  bangku dan berdiri membuat ibu saya kesusahan. Ditambah lagi dengan penyakit saraf yang dahulu dia derita, yang syukurnya sudah baikan karena tindakan operasi yang telah dilakukan. Kegiatan naik turun ini juga kadang  membuatnya merasa letih lebih cepat. Waktu itu dia bekerja sendirian. Sebelumnya saya sudah sampaikan pada adik saya untuk tidak membuat ibu saya bekerja, namun yang terjadi berbeda. Dia membiarkan ibu saya bekerja sendirian, yang akhirnya, sore itu, saya mendengar suara yang sangat kecil sekali memanggil-manggil nama saya dan kedua adik saya. Seperti tidak merasakan apapun, saya awalnya diam saja. Namun suara