Skip to main content

Posts

Dear You, My/Our Inner Child ; We Are Sorry

Tulisan ini aku persembahkan untuk anak kecil yang ada didalam diriku/ kamu sekalian Hai adik kecil, apa kabarnya? Banyak yang ga paham, bahwa kamu kesepian jauh didalam sana. Tenang, ada aku disini, kita ngobrol dulu yuk? Memang, hidup cukup berat akhir-akhir ini Capek ya nyudut terus-terusan, engga ada yang bujuk buat datang sini, ke pangkuan. Aku ijinkan kali ini, mendekatlah, aku disini, menyediakan dekapan se-erat yang kamu butuhkan Lelah ya? Nangis terus ga ada yang kasih tisu. Engga apa-apa, sini mendekat, rebahankanlah kepala dipundak Terisaklah sampai kamu puas. Terisaklah sampai rasanya batinmu lega Terisaklah, buang semua, luapkan saja, sepuasnya. Ada aku disini, Ada aku disini. Kalau adik kecil sudah lega, baru kita mulai ngobrol ya Bebas, sepuasnya. Kita ngobrol apapun yang kamu mau Curhat sama aku, ceritain semuanya.  Ceritain seberapa menyebalkannya aku saat memakai topeng diluar sana.  Ceritain seberapa lupanya aku ada sosok kecil yang harus aku sayang, aku denger, aku

Tentang Kewarasan Kita; Covidian 2020

Sudah sejak lama, tapi rasanya ingin disimpan saja.  Tapi  kali ini sudah tidak ada ruang lagi untuk menyisipkan penat.  Semua sudut sudah terisi penuh. Aku bukan satu-satunya, yang merasa semakin tidak produktif dikala PSBB, di kala social distancing, dikala kerja #dirumahaja; walau tanpa adanya mereka dahulu, aku, dan mungkin kita, tidak seproduktif adanya. Dari awal social distancing dan kerja dari rumah ini diadakan, concernku hanya satu dan masih satu: menjaga diriku agar tetap waras, menjaga segala kegelisahan dan kecemasanku dalam rentang yang normal, tidak mencapai puncak, atau aku akan kelelahan menangani diriku sendiri. Mungkin ini juga terjadi dengan kalian yang merasa segala kegelisahan, kecemasan, kekuatiran, sudah diambang rata-rata. Saranku, carilah seorang teman terdekat, cerita sepuasnya, tidak perlu ada jawaban, tidak perlu harus segera diselesaikan, luangkan isi hati dan pikiran, menjadi tenanglah walau hanya sesaat. Concern tentang  menjaga di

Dumel-Dumel Sinetron dengan soundtrack "Hati yang Kau Sakiti"

Hampir semua rekan-rekan yang  bekerja dari rumah mengalami  kejenuhan yang sama. Biasa ketemu banyak orang, dan berkomunikasi; sekarang, aktivitas hanya dengan orang rumah saja. Kegiatan yang dilakukan selain bekerja, bisa jadi mendengarkan musik, mengurus anak, mencuci baju, bisa juga menonton televisi. Hampir setiap  hari, aku dan beberapa anggota rumah cukup tertarik menonton sinetrion di channel ikan yang dimulai dari pagi sampai malam. Tentunya dengan judul yang berbeda-beda, dan pemeran yang itu-itu saja, hanya berganti nama, dan juga cerita. Semakin lama di amati, rasanya tontonan seperti ini tidak layak untuk dikonsumsi setiap hari bagi yang "mudah terpengaruh" emosionalnya. Bisa tenggelam kedalam cerita tanpa  melakukan penyaringan dahulu akhirnya terserap alam bawah sadar. Banyak konsep yang menjadi salah, bagiku. Bahkan terlalu banyak. Hampir setiap hari konsep cerita yang disajikan tidak jauh berbeda, kalau tidak menikah, ya cerai.  Entah mengapa konse

Pada Masanya. Pada Waktunya

Aku bukan satu satunya yang bertanya,  kenapa dalam fase kehidupan harus ada naik turunnya. Aku bukan satu satunya,  yang berharap bahwa hidup rasanya nikmat jika aman aman saja Bisa ga sih,  ga usah susah cari kerja? Bisa ga sih,  sehat sehat terus tapi tetap bebas makan apa saja? Bisa ga sih,  berat badan turun tanpa diet? Bisa ga sih,  kenyang tanpa harus makan? Bisa ga sih,  kerja aman aman aja tanpa ada masalah? Dan banyak pertanyaan bisa ga sih?  Yang jawabannya ya engga bisa. Terus tujuan alam ini, untuk apa? Harus banget dilewatin? Pada masanya,  akan ada ujian. Artinya,  pada masanya-pun,  akan ada kelulusan. Bukan berarti, harus selalu lulus tanpa remedial.  Tapi,  bukan juga dengan sengaja tidak mengerti agar remedial. Tidak. Kita perlu paham, menjadi putus asa karena tidak mengerti,  juga tak apa. Kita perlu paham, tidak ingin mengulang, menerima nilai jelek saja pun tak apa. Lalu, jika masih nilai jelek apakah sudah paham pelajarannya? Biasanya belum. La

Tidak Ada yang Perlu dilanjutkan dalam Perbedaan

Ada yang blang, justru perbedaan yang akan membuat kita salng melengkapi. Bagiku, tergantung perbedaannya terletak pada sisi yang mana. Sudah berulang kali aku bilang padamu, jangan memulai hal yang sulit untuk diakhiri. Sudah berulang kali aku sampakan padamu, untuk jangan  memulai hal yang tidak memiliki ujung. "Tidak apa, kami akan belajar sama-sama. Mengenal iman-nya dan mengenal manku", bantahmu keras padaku kala itu. Lalu, apa yang engkau tuai sekarang? jawab lantang jika kau tak malu. Sudah berulang kali aku katakan padamu, jangan memulai jika ragu Sudah berulang kali ku katakan padamu, jangan terikat  jauh jika tak siap terbelenggu "Kau tahu apa? tak akan ada yang seperti dia lagi yang memahami aku sedalam ini", lantangmu dengan tatapan tajam penuh dendam. Kini, kau harus apa? jangankan berdama, bertatap muka saja sudah tak ada.

Raga. Rasa. Hancur cerita

sampai kini aku tidak mengerti kenapa Tuhan menciptakan rasa kenapa tidak semua sama saja kenapa harus ada sebuah kecenderungan lebih terhadap salah satunya Sampai sekarang aku berkutak dengan pilu Didesak-desak oleh rindu yang terburu-buru Seperti rasa dahaga, kekeringaan, kerontang Sampai kini aku   menunggu disudut jauh dari pintu Ingin melangkah maju namun ragu Ingin melangkah mundur celahpun tak ada Bukankah seharusnya semua sama saja Bukankah kecenderungan ke salah satunya,  Baik untuk ditiadakan saja? Kini saatnya kita berbicara empat mata Jauh sampai dengan titik terdalam alam bawah sadar Menanamkan perintah Memutuskan tali harapan Menghancurkan rasa Meleburkan rindu Menyudahi cerita

Ketidakjelasan Kesekian #6

Akhirnya aku mulai untuk menulis kembali Menuangkan segala isi pikir yang tak terucap lewat suara namun kata Aku rasa kamu juga bisa peka Untuk tidak mampu menahan dan harus meluapkan namun   tidak tahu dengan apa Sama rasanya seprti kekuatiran dan keyakinan Perbandingan akan aura negative dan positif yang sama kuatnya Mengenai persimpangan yang tidak tahu harus berbelok kemana Ketika keduanya mempunyai kekuatan seimbang Datang dan pergi hal yang biasa Hingga lama lama terkesan biasa saja, seperti basa basi Antara tidak berujung   kemana mana Atau hanya sekedar pencuci mulut belaka Sudah ada pilihan untuk memutar   kemana? Ketika keyakinan tak lagi sekuat kekuatiran Kau pendam dalam dalam Dalam diam Dalam kelam