Tuhan tidak pernah menghilangkan sesuatu jika tidak menggantinya dengan yang baru dan lebih indah. Itu adalah sebuah kata-kata mutiara yang sering kali muncul dan diucapkan orang lain kepada orang lainnya ketika seseorang tersebut sedang terpuruk. Mari kita hubungkan saja ini dengan sebuah rasa sakitnya patah hati.
Saya, kamu, kita semua pasti pernah merasakan sakitnya patah hati. Sakitnya ditinggalkan. Sakitnya diberikan harapan sia-sia. Sakitnya diabaikan. Yang biasanya diakibatkan karena sebuah kata "pisah". Tak semua dari kita mamu berpindah dengan cepat ketika kit amemang benar-benar berpisah dengan dia yang mungkin masih disayang, waktu dulu.
Saya saja membutuhkan waktu 4 bulan untuk benar-benar menyadari bahwa sudah saatnya saya berdiri di kaki sendiri tanpa berharap cinta yang lalu akan datang lagi. sekian bulan setelah waktu tersebut kita akan menyadari, bahwa hal yang wajar untuk bersedih. Hal yang wajar untuk ingin mengulang kembali. Hal yang wajar jika merasa satu-satunya insan yang paling tersakiti. Tapi, jangan berlarut terlalu lama dalam perih.
Setahun sudah saya menikmati waktu sendiri, setelah bertahun-tahun bersanding dengan dahulu yang menerangi hari-hari saya, tapi saya tahu, tak ada lagi tempat untuknya. Bayangkan saja, selama hampir 6 tahun saya bersama dengan seorang yang mukanya sama, badannya bedalah, dari kurus ke gemukan, dan lain sebagainya yang ga perlu lagi buat dibahas. Lucu saja jika mengulang waktu, bahkan saya sudah lupa bagaimana rasanya jatuh cinta. Lupa rasanya bagaimana mencintai dan memiliki rasa sayang yang lebih dari biasanya. Sampai, sesuatu datang menghampiri.
Bisa dibaca, sebuah gerak-gerik dan tatapan yang berharap lebih dari seorang teman. Candaan yang mulai datang menghampiri walaupun garing mengiringi. Lucu, ketika saya bahkan berfikir untuk didekati, padahal, bisa jadi tidak. Bisa saja itu hanya tanda akrab seorang teman yang baru saja mengenal. Setidaknya, saya mulai mengetahui dan meraba sebuah rasa sehingga keluar sebuah kata-kata "oh, gini toh rasanya lagi kesemsem, gini toh rasanya didekatin, oh may god se-alay ini rupanya" dan banyak kata lainnya yang silih berganti. Bayangkan saja, saya bahkan tak bisa menduga kapan rasa itu datang, tapi yang perlu saya tekankan ke diri sendiri ialah untuk tidak mudah lagi jatuh terlalu dalam apalagi terlalu dangkal, karena rasa sakit sudah cukup dirasakan. Perihnya hati tak perlu lagi untuk diulang. Karena indahnya cinta, tak perlu dibumbui rasa kecewa.
Comments
Post a Comment