Mungkin aku bukan satu-satunya perempuan yang merasakan rasa sakitnya ditinggalkan seseorang yang sudah mengisi hari-harimu hingga bertahun-tahun.
Mungkin aku juga bukan satu-satunya perempuan yang berkali-kali berkata bahwa "cukup" untuk mengulang memori silih berganti menghantui isi kepalaku.
Mungkin juga aku bukan satu-satunya yang dahulunya memberikan cinta lebih dari mencintaidiriku sendiri, mungkin saja.
Berbulan-bulan aku menjalani hari yang rasanya sudah tidak biasa
Melewati hari-hari yang sepi dan menganggap bahwa sumber bahagiaku adalah dia, yang meninggalkanku mungkin dengan rasa tanpa bersalah
Berbulan bulan, hingga aku mampu membuka mata hati, membuka mata batin
Berbulan-bulan, hingga aku yakin bahwa yang kubuthkan hanyalah diriku sendiri
Yang dapat menyembuhkan luka ini adalah diriku sendiri
Untukmu yang memilih tinggal setelah beberapa kali tinggal-ambil-tinggal-ambil, dan kau mau saja, tidak ada herannya jika kelak kau akan jadi sampah belaka
Untukmu yang ditinggal tanpa perjuangan, lalu kau ingin tetap tinggal; tak heran jika kelak kau akan dipungut kembali untuk ditinggalkan
Tak tahukan kau, harga dirimu lebih jauh dari itu
Tak tahukah kau, yang membuangmu tanpa usaha perjuangan bukanlah seseorang yang harus termaafkan
Tak tahukah kau, hati yang luka akan sembuh, namun bekas akan selalu ada
Sampai kapanpun, kau tak akan penah mencintai seseorang dengan cara yang sama untuk waktu yang berbeda
Bekas lukamu akan selalu ada, mengingatkanmu akan semua perih sebuah luka
Lalu apa gunanya memilih tinggal untuk seorang yang sudah memberikan bekas noda?
Lalu otakmu akan berkata pada hati "Sudah ku bilang, kau tak pernah belajar, bukan?"
Alasan apalagi yang membuatmu memilih tinggal setelah ditinggalkan.
Pergilah jauh, buang segala DeJaVu yang menghantuimu
Comments
Post a Comment