Sudah 22 tahun hidup didunia dan untuk kesekian kalinya Ibu saya akan merayakan harinya yang kedua disetiap akhir tahun. Hari Ibu.
Semenjak mulai dinas dirumah sakit, saya semakin (sebenarnya sudah) namun jadi semakin karena melihat bayaknya orang sakit yang datang silih berganti setiap hari.
Kali ini, mari kita bahas mereka, wanita, seorang Ibu. Tak jarang saya menyaksikan orang lain kehilangan Ibunya, dan syukurnya saya masih punya kamu, Ibu. Ketika seseorang kehilangan Ibunya, anak lain diluar sana bahkan menelantarkan Ibi dengan cara: tidak membantu kerja khususnya kerjaan rumah, suka melawan, membantah, membentak, tidak memperdulikan.
Saya heran kenapa masih ada beberapa dari kita, dan mungkin saya sendiri (masih) secara tidak sengaja meyakiti hati Ibu. Walau kadang yang Ibu inginkan hanyalah agar kita menjadi anak baik saja dan itu sudah cukup.
Saya sudah menjadi tante, dan sejujurnya itu cukup membutuhkan sebuah kesabaran karena saya harus rela bangun lebih awal, tidur yang kurang, dan menenangkan rewelannya. Mengurus anak bayi saja sudah susah, apalagi mengurus anak dari bayi hingga badan segede ini. saya hanya tidak mampu membayangkan betapa luar biasanya Sabar, kasih, dan cinta dari dia, Ibuku.
Kelak suatu hari aku akan jadi Ibu. Aku percaya bahwa kelak anakku juga akan memperlakukanku sebagaimana aku memperlakukan Ibuku. Dihari esok, hari Ibu, aku berharap Ibu tetap sehat selalu. Punya kesabaran senantiasa yang tak pudar. Mencintaiku tanpa batas melintang. Ibu sungguh hebat. Ibu sungguh luar biasa.
Comments
Post a Comment