Aku pernah berkata pada diri sendiri untuk tetap kuat. Saat dimana kita berpisah dan memutuskan untuk tidak bersama lagi. Merasakan dunia hanya dihuni malam sana. Merasakan dunia hanya dihuni hujan saja. Bermusim satu, musim hujan.
Setiap hari aku berpikir susah payah dalam mencerna akan apa yang harus hatiku lakukan. Memikirkan semua kejelekanmu dan menimbulkan rasa benci didadaku. Bergejolak ingin sekali memukulmu tepat diwajah itu.
Hati yang tersimpan didalam sobekan masih tertutup rapi. Mengamankan posisi. Kelak rasa itu timbul kembali, walau dengan harap kita tak usah bertemu dan bersama lagi. Bukankah tidak adil ketika kamu datang kembali? Merogoh dan menyentuh langsung tepat pada hati dalam sobekan. Meninggalkan benih bertumbuhkan bunga. Menyiram banyak, memekarkan diri.
Aku lupa untuk berkompromi dengan hati. Bahwa ini tak seharusnya terjadi. Memekarkan benih bunga yang tak kujatuhkan dengan sendiri. Ini tidak adil. Jangan datang lagi jika hanya ingin pergi.
Bukankah dalam diam kita sudah berjanji? Jauh jauh dan diam, walau sebenarnya saling mengerti.
Rusak saja.Rusak saja. Rusak saja jika hanya ingin singgah. Aku akan selalu mengawasi, agar dia tak tumbuh hanya untuk mati.
Comments
Post a Comment