Terkadang saya merasa bahwa ini tidak layak. Terlalu suka menulis berbau hal yang merujuk ke arah yang sedikit redup, dan gelap. Hanya saja, kegelapan dan keredupan ini selalu memberikan inspirasi dam energi yang mengasupi setiap tetesan mimpi.
Berbincang tentang sebuah cinta dan cita, tak lepas dari sebuah ketulusan. Ketulusan dalam menjalani apa yang harus dilewati baik dengan sempurna atau bergejolak sana sini. Kali ini ijinkan aku berbicara mengenai cinta, jujur saja aku tak terlalu pandai. Karena yang ku tahu hanya luka. Dan aku, kamu, kita sudah terbiasa.
Sumber : pinterest
Bukankah yang kumiliki hanya sebuah ketulusan, ketika aku berfikir bahwa seharusnya ketulusan itu punah, sirnah. Tak selayaknya lagi aku, kamu, kita menerapkan ini semua. Karena ketika yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan, sebuah ketulusan selalu saja menjadi umpan. Menjadi batu sandungan. Bukan pengampunan, ataupun pelajaran.
Waktu kian berputar. Hingga kita akhirnya mampu membuka pikiran yang tertutupi awan kesedihan karena luka, hanya saja saat luka sembuh, kita sadar, bahwa menjadi tulus tak pernah salah, sekalipun ketulusan tidak menjanjikan kemulusan sebagai akhir perjalanan. Namun dia, memang tak pernah salah, akan selalu tak pernah salah.
Ketika hidup adalah soal pilihan, begitu pula ketulusan. Yang kutahu hanyalah aku penuh dengan rasa tulus, bukan hanya karena rasa cinta kasih yang telah disalurkan, namun dalam segala kisah kisah yang sudah tertumpah. Aku belajar bahwa menjadi tulus tidak akan pernah salah. Itu mengalir dalam diri. Dia hanya tahu memberi.
Menjadi mulus bukanlah kepastian, dan aku sudah terima. Menerima semua ketidakmulusan sebuah kejadian. Bukan berarti membuang jauh kasih ketulusan. Kali ini aku mengingatkanmu. Bahwa luka memang selalu ada. Dan luka juga bisa saja pulih. Tapi ketulusan mempunyai kepuasannya tersendiri. Menyenangi apa yang dia lakukan. Ini seperti narkotika, berbahaya, namun kadang menyenangkan. Lalu aku bisa apa?
Kini kupersembahkan seluruh ketulusan yang tak menjanjikan kemulusan, segenap kumpulan luka luka pulih penuh kekuatan. Membuktikan bahwa menjadi tulus tidak akan ada salahnya. Menjadi luka juga sudah terbiasa, dan tidak masalah. Dengan harapan ketulusan ini sampai padamu, padaku, pada kita.
Comments
Post a Comment