Aku sesekali memantengi sosial media yang dia miliki. Dan bertanya-tanya apakah dia masih sendiri. Dikala ada saat untuk mendekati, mereka bilang bahwa aku harus berhenti karena sudah tak ada ruang lagi.
Beberapa dari mereka yang berada disekeliling selalu mengumbar kata sayang dan cinta juga bercumbu kemesraan yang tiada duanya. Kadang aku merasa cemburu karena tak bisa melakukan hal yang sama, hanya saja ada yang kata bahwa itu tak perlu untuk dipermasalahkan.
Aku bertanya, ketika tak ada ruang lagi dan mengapa dia tak pernah berkata. Bukan-kah dia pantas dan layak untuk mengumbar? Menandakan bahwa orang-orang tak perlu lagi menaruh benih pada hal yang diharapkan. Tapi dia menyadarkanku dengan tidak sengaja, bahwa cinta, tak layak untuk diumbar.
Mengumbar memang hak setiap insan yang merasa memiliki kisah cinta yang menarik dan pantas untuk orang lain agar merasa bahagia, walau disisi lainnya, banyak dari mereka yang "iuh" dan bertanya-tanya mengapa. Hidup memanglah soal siapa saya dan kamu bukan siapa-siapa, tapi tulisan ini hanyalah ungkapan biasa.
Dia bilang, cinta itu tak perlu diumbar. Apa yang kamu berdua rasa, belum tentu bahkan bisa saja tidak ada yang mampu mengerti dan merasakan. Mengumbar sebenarnya memiliki hal negative, terutama ketika banyak orang mengetahui titik lemah hubunganmu yang mempermudah orang ketiga untuk menghancurkannya. Mengumbar bukanlah hal terlarang, hanya saja tak semua mau mengerti dan perduli. Ketika bukti dan tindakan akan selalu kalah dengan janji. Ketika perlakuan nyata dibanding dengan hanya sekedar mengumbar dan tak berbuah kisah nyata. Bukan-kah lebih menyakitkan?
Tak pernah kurasa sebangga ini akan ke-diam-an kamu yang berbuah nyata pada tindakan. Seseorang yang aku kagumi tanpa harus banyak berbicara. Kekagumanku padamu yang yak pernah berniat mengumbar hati, juga janji. Tetaplah pada diam-mu, ciptakan kenyamanan perlakuan tanpa umbaran dengan janji semu belaka.
Comments
Post a Comment