Mereka pernah bilang, bahwa menjadi kuat adalah salah satu jalan keluar yang paling ampuh ketika kamu sedang lemah. Entahlah, menurutku itu sebuah omongan kosong belaka. Sampai saat ini aku pun tak mengerti mengapa aku sanggup dan bisa melewati suasana yang sama hampir setiap harinya, walau aku juga sadar bahwa ini bisa aku ubah.
Memutuskan hati untuk jatuh padamu bukanlah pilihanku, ini pilihan hatiku. Apa kamu sanggup menyalahkan hatiku? Bahkan aku saja pun ingin marah, andai hatiku bisa aku keluarkan lalu berkata "Ayolah wanita kekar, jangan seperti ini, kau pecundang". Tapi dia hanya terdiam.
Entahlah, ini semua berawal dari hal yang memiliki awal. Hanya berjumpa dan melirik sejenak. Memerihatikan kondisi sekitar tanpa mengira bahwa sesuatu akan tercurah. Sebuah perasaan kagum yang mungkin akan menjalar sebagai sebuah perasaan lain yang masih abstrak bentuknya. Lalu aku bercerita dengan temanku yang lainnya, mereka berkata aku aneh. Memerhatikan seseorang yang tak memerhatikanku, mengagumi seseorang yang sesungguhnya aku belum mampu menyelidiki seluk beluk kehidupannya. Tapi mereka lupa, ini bukan aku, ini hatiku.
Mengapa orang-orang tak pernah memahami apa arti sebuah pengagum? Apalagi seorang pengagum rahasia. Sebenarnya orang yang dikagumi sangat senang memiliki seorang pengagum, tapi aku tak sanggup untuk berkata bahwa aku mengagumi dia yang aku kagumi. Dia sangat lucu, baik, tidak suka menonjolkan apa yang dia miliki, kerasa kepala, tidak suka dipaksa dan dituntut, dan sejenak antisosial. Namun aku tak perduli, ketik rasa kagumku lebih besar dari rasa mereka yang mengaggap bahwa aku sudah tidak dijalurku lagi.
Terserahlah, kalian mungkin tak mengerti bagaimana rasanya menjadi seorang pengagum, atau mungkin saja kalian tau namun kalian memungkiri untuk tak mengagumi dari pada merasakan sakit. Apa bedanya? Mengagumi tak mengagumi berakhir sakit, maka kagumi saja. Ini hanya masalah waktu, kawan. Terkadang rasa sakitmu akan berbalas buah manis, atau bisa saja kebalikannya. Waktu memang tak bisa berbicara, namun aku masih tetap heran kenapa dia bisa menjawab.
Karya yang tak beraturan, which is dedicated to you.
Kepada kamu yang aku kagumi hampir dengan sangat, ini hanya sekilas cerita yang aku selipkan dengan mainan imajinasi pikiran.
Salamku, Pengagummu.
Comments
Post a Comment