Hai, Mungkin aneh kali ini saya membuat judul Roselinda. Ya, Roselinda adalah sebuah nama dari seorang perempuan yang adakah sahabat saya sendiri, Roselinda Esrawaty Manurung.
Kali ini saya tidak ingin menulis tentang hal-hal lain yang biasanya saya alami dan cermati sendiri, ya walaupun sebenarnya ini juga hal yang saya alami didalam hidup saya.
Roselinda adalah gadis yang baik. Dia sangat unik dengan rambutnya yang keriting. Dia adalah anak dengan satu-satunya yang berambut keritung dirumahnya, Begitu juga dengan kami. Diantara kami berlima (sahabat) hanya Roselinda lah yang memiliki rambut keriting, ada sih Vania, tapi dia selalu catok saat kekampus, makanya teman-teman yang lain ga tau kalau sebenarnya vania itu juga keriting. Well, Aku bertemu dengan Rose, Kibo. Kibo adalah panggilan sayang yang sering kami ucapkan saat memanggilnya, bahkan jarang sekali bagi saya untuk memanggilnya Rose. Saya dan kibo bertemu saat kami masuk kuliah, saya ingat waktu itu kami duduk bersebelahan, disitu dia rambutnya masih pendek dan tergurai, senior bilang pada saya untuk mengikat rambutnya yang kibo itu dan saya pun mengikatnya, taklupa saya bilang "maaf ya, aku ikat rambutmu". Iya, sambut kibo. Saat itulah kami langsung berkenalan, dan dia mengenalkan namanya dengan panggilan ROSE.
Kami melewati hari ospek bersama-sama, dari situlah kami menjadi dekat, akrab, dan memutuskan untuk menjadi satu komplotan, kalau istilah anak jaman tuh "geng". Teringat pada hari terakhir saat PMB, kami berdua saja, Dia datang pada saya, menarik tangan saya dan berkata "yuk kita cari durian, soalnya aku jarang banget makan durian". Dan dari situlah kami semakin dekat dan cari durian bareng-bareng.
Kami sangat dekat, begitu juga dengan teman teman yang lainnya pada saat itu, Fatricia, Vania. Saat masuk kuliah, kami duduk bersama, selalu berdekatan, dan tidak pernah duduk jauh-jauh, siapa yang pertama datang, pasti deh langsung boooking bangku untuk teman yang lainnya. Hehhehe, itulah kami pada saat itu, walaupun sekarang juga kadang masih sih.
Semester Pertama, semuanya berjalan dengan baik, kami selalu bersama-sama kemana-kama. Saya merasa sangat nyaman dengan kibo karena dia mempunyai kemiripan yang hampir semua sama dengan saya, baik juga dari segi kepribadian kami berdua. Kibo sangat ramah, baik, tak pernah dendam dengan orang lain, dia selalu cerita apa saja, dan tak menyembunyikan apapun saat itu.
Dia mendapatkan nilai yang baik saat semester I, 4. Mungkin sangat bagus sekali kan, ya memang begitulah. Kibo juga dikenal dengan mahasiswi yang cerdas dan aktif.
Semester Kedua juga sama, selalu kemana-mana bareng, apalagi keperpustakaan. Kalau tidak dengan saya, pasti dia sendiri. Kibo dan saya adalah orang yang mandiri, jadi juga tidak saling bergantung.
Cuman yang menyedihkan, IP kami berdua turun saat semester II. Begitu juga dengan semester III. Saat semester III ini agak berbeda, kami mulai pisah dnegan teman yang lainnya. Saya dan kibo saja yang sering berdua kemana saja. Duduk didepan selalu bareng-bareng berdua, siapa yang duluan datang, dialah yang mengambil bangku, dan saya ingat sekali, Rose paling suka cubit tangan saya dan bilang "heh, jangan ngantuk", "heh, jangan tidur, ngantuk aja kerjamu,bo"
Ya memang itu, dan banyak lagi lainnya. Kibo selalu punya cara unik saat dia mengikat rambutnya yang unik keriting itu, oh kibo.. ngangenin. Dan banyak lagi, kibo juga suka kalau dicium pipinya, dan saya paling suka meluk dia karena dialah yang paling enak untuk dipeluk ketika saya butuh pelukan.
Oke, ini mulai cerita sedih, Kibo pergi meninggalkan kami 28 Mei 2014 karena sakitnya. Dia sakit demam pada awalnya, dan terkhir dia didiagnosa terkena DBD dan tak tertolong lagi. Jujur, semua merasa kehilangan, termasuk saya sendiri. Saya punya penyesalah yang tak terungkap, ketika kami mulai jauh satu sama lain. Mungkin ini slaah saya yang seharusnya ada pada saat itu untuk mendukung dan merawat kondisinya, tapi ya apa boleh buat, semua terlambat saya lakukan.
Sekarang saya mulai merindukannya. Kibo adalah satu-satunya orang yang paling saya sayang sekali, tempat cerita yang paling bisa saya percayai, orang yang paling bisa menenangkan saya dan selalu punya solusi. Saya rindu kibo, sangat rindu sekali. Saya ingat saat kami pergi ke gereje berdua, dia suruh saya untuk berdoa dan luapkan apa yang ingin saya luapkan. Kibo sangat baik, baik sekali.
Sekarang, saya sangat merasa kehilangan. Kehilangan seorang kakak, sahabat, keluarga. Kehilangan tempat bercerita, orang yang selalu mendengarkan saya dengan sangat baik, selalu memberikan arahan dan jawaban juga masukan yang sangat baik, orang yang tegas, pemberani, dan tak takut maju. Orang yang berpikiran teguh, ya semuanya, dia sangat bijaksana. Saya rindu kibo, rindu dia.
Hai Rose,Kibo... Mungkin kamu tidak akan membaca apa yang saya tuliskan ini, tapi saya ingin sekali bertemu pada saat itu untuk terakhir kalinya, untuk berkata maaf yang sebesar-besarnya. Saya sangat merasa kehilangan anda. Kibo, I miss you.
Comments
Post a Comment