Di era zaman ini, banyak sekali wanita yang merasa lelah untuk menunggu sang pujaan hati. Dimana lagi ketika kita, para wanita memiliki jangka waktu yang tidak lama, berbicara soal reproduksi dan menghasilkan keturunan kelak.
Dalam masa muda, biasanya saat remaja kita mulai memasuki fase mendekati lawan jenis dan merasa tertarik, walau kebanyakan remaja mengalami masa cinta monyet, dan tak sedikit pula yang berhasil sampai menikah. Begitu juga dengan fase dewasa yang mulai memikirkan keseriusan kelak, akan pasangan yang diharapkan menjadi satu-satunya dan untuk selamanya.
Mungkin dalam agama lebih baik diajarkan untuk tidak pacaran, ajaran yang baik ketika kita diajarkan untuk menghindari perlaku yang berujung dosa. Namun menjadi pacaran juga bukan baik, bukan juga tidak baik, tapi fase ini cukup menguntungkan kita dalam seleksi memilih lelaki yang pantas dan cocok menjadi imam, karena menikah bukan cuman sekali, sehari, atau dua bulan, tapi untuk seumur hidup kita.
Pacaran menunjukkan banyak cerita, menghasilkan banyak pengalaman yang berujung sebuah kesimpulan. Berbicara tentang banyak cerita yang dihasilkan saat pacaran, kemalasan menjadi hal yang menarik untuk dibicarakan.
Bayangkan saja, saat masih pacaran dengan kita, lelaki yang menjadi pacar kita sungguh malas sekali. Bukan hanya selalu suka menyuruh kita melakukan apa yang sebenarnya dia bisa lakukan, atau menyuruh kita melakukan apa yang sebenarnya belum seharusnya kita lakukan. Ditambah lagi ketika kamu mendapatkan info yang mujarab dan mengatakan bahwa sang pria itu juga terkenal sangat pemalas berat dirumahnya. Bahkan benih sedikit rasa rajin pun sulit terdeteksi walau mungkin memang ada. Apa jadinya? Ah, tak sedikit pada akhirnya aku mendengar cerita, ketika mereka berujung pernikahan dan istri kelak terlihat bagai babu. Mengurus suami, mengurus anak, mengurus rumah, tanpa peran suami yang seharusnya membantu. Coba saja bayangkan jika itu terjadi pada ayahmu? Tak usah jauh-jauh membayangkan akan kisahmu, bukankah akan sedih melihat Ibumu yang seakan-akan terlihat bagai pembantu?
Kita dilahirkan sebagai wanita memang harus luar biasa. Kebanyakan dari kita dilahirkan dengan multi talenta sehingga layak dijadikan istri karena mampu mengurus sana sini, bukan berarti tak ada peran suami yang seharusnya kelak membantu, karena itulah tujuan dari pernikahan, dua menjadi satu. Bersama-sama, bekerja sama menangani semua.
Ada sih, beberapa mengatakan bahwa kelak mungkin akan bisa dirubah, tapi watak yang dikenal dengan karakter juga sebenarnya cukup mendarah. Bukan tak mungkin tak hilang, hanya saja kita akan menjadi apa yang biasa kita lakukan, begitu juga dengan pria yang malas tersebut. So girls, pacar kamu pemalas? Pemalas sedang apa berat? Ah, sama saja. Pikirkan dua kali sebelum kamu mengatakan YES saat dia meminangmu. Be selective, ya!
Comments
Post a Comment