Banyak dari kita yang masih memiliki Ibu, dan banyak juga sebaliknya. Tidak sedikit dari kita memiliki ibu yang sedang berjuang dengan sakit yang dideritanya, tak perduli penyakitnya parah atau ringan, dia hanya ingin terus berjuang tanpa bermaksud membuat kita sang anak merasa terbeban dan kesusahan.
Sebagai seorang anak, merawat Ibu adalah sebuah kewajiban dan keharusan. Tak perduli Ibumu baik atau tidak denganmu, dia Ibu, dan akan selalu menjadi Ibumu. Saya mengerti, beberapa dari kita pasti ada yang tidak terlalu suka dekat dengan Ibu, karena beberapa faktor. Bisa saja karena dia terlalu cerewet, terlalu memaksa, sering bersikap kasar, tidak pengertian, dan banyak faktor lainnya. Tak perduli seberapa banyak faktor yang ada, Ibumu adalah Ibumu. Orang yang melahirkan kita kedunia, membawa kita didalam rahimnya, merawat dan memberi makan hingga tumbuh dewasa. Karena selayaknya kita pantas untuk merawat Ibu ketika dia sudah tua, tak perduli seberapa renta, dia sesungguhnya membutuhkan kita.
Seiring dengan berjalannya waktu, mereka akan menua. Sifat mereka pun sudah mulai berubah. Kita yang meranjak dewasa semakin saja merasa egois, melakukan apa yang kita suka, tanpa memikirkan apa yang mereka rasa. Semakin kita dewasa, kita menikmati masa yang mungkin tak terulang kembali jika tidak dinikmati sekarang ini, tanpa kita sadari mereka juga memerlukan perhatian yang sama besar, seperti kita memerhatikan orang yang kita sayang, yang biasa dipanggil dengan pasangan.
Ini suratku untuk kita semua yang memiliki Ibu, jangan pernah lupa akan segala jasa yang dia berikan. Tak perduli seberapa baik atau tidak dirinya, ketika dia tua dan renta, cuman kita lah yang dia butuhkan. Percayalah Ibu sangat menyayangimu, hanya saja memang beberapa dari Ibu tidak pandai melampiaskan rasa sayang mereka dengan cara yang menurut kita layak dan seharusnya. Dia tak ingin banyak dari kita, dia hanya ingin kita ada untuknya, menelponnya sesekali, menanyakan kabarnya. Dia hanya ingin kita menyahut ketika dia memanggil nama kita, bukan hanya diam saja karena asik melakukan sesuatu yang kita suka. Dia hanya ingin kita memberinya sekiti waktu, saling bercetia dan bertukar pikiran tentang kehidupan yang indah nan sulit yang penuh perjuangan ini. Dia hanya ingin kita mengerjakan pekerjaan rumah, tanpa harus membuat kita merasa sebagai pembantunya. Dia hanya ingin kita mengerti, bahwa dia juga kadang ingin istirahat sejenak dari perannya sebagi Ibu yang mengurusmu dan suaminya. Dia hanya ingin hal simpel yang sangat sulit dilakukan anak kekinian.
Kita memang tidak bisa memilih orang tua kita, tapi kita bisa memilih menjadi seperti apa kita kelak jika menjadi orang tua. Sayangilah Ibumu selayaknya kamu menyayangi dirimu sendiri. Ketika kamu mengaku bahwa kamu menyayangi dan mencintainya, percayalah rasanya bahkan lebih besar dari segala rasa cinta yang kau punya untuknya. Pertama kali dia melihatmu dan mendengar tangisanmu, pertama kalinya dia sadar bahwa menjadi ibu memanglah tidak mudah. Pertama kali dia melihatmu dan mendengarkan tangisanmu, percayalah Ibumu sejenak mendadak mengingat nenekmu yang juga telah melahirkannya dan memikirkan apakah dia telah layak selama ini menjaga orangtuanya.
Tak perlu menjadi Ibu untuk mengerti perasaan Ibumu. Apa yang dia butuhkan juga tak jauh dengan apa yang kamu butuhkan. Perlakukanlah dia seperti kamu memperlakukan dirimu. Sayangilah dia lebih lagi dari rasa sayangmu kepada pasanganmu. Karena Ibu tak pernah memaksa untuk dibalaskan rasa cintanya, tapi kita memanglah harus punya kesadaran sendiri untuk lebih lagi mendekatkan diri kepadanya. Sesederhana itulah yang dia inginkan.
Untuk kita semua yang masih memiliki Ibu, jangan sia-siakan dia dan mulailah untuk menyayanginya lebih dan lebih. Karena penyesalan selalu datang terlambat. Karena penyesalan hanya mampu dibayar dengan jeritan dan tetesan air mata. Tataplah dia sekarang, peluk dia dengan erat, dan jangan pernah biarkan dia tidak mengetahui bahwa kamu mencintainya.
Comments
Post a Comment