Dia tak berwujud, namun bisa dirasakan.
Dia tak bernafas, namun bisa dirasakan.
Dia tak bersalah, namun selalu disalahkan.
Dia tak berburuk sangka, namun selalu disangka-kan.
Apalah dayaku, ketika mereka bilang rindu itu indah. Aku tidak pernah memungkiri, bahwa rindu ada untuk mengingatkan aku bahwa kamu memang ada. Aku sesungguhnya bersyukur, karena rindu juga ada untuk mengingatkan bahwa aku sedang ditunggu, dan aku sedang menunggu. Walau rindu tak pernah selalu sendu. Walau rindu juga tak selalu merdu.
Dahulu, semua masa menuliskan kisahnya sendiri. Namun aku mulai pulih dan mengingat, bahwa aku harus menuliskan-nya sendiri, saat ini. Aku hanya tak ingin mereka menyalahkanmu, rindu. Beribu penjelasan dan alasan akan selalu ada untukmu, namun kamu tak mengerti. Apakah rindu pernah merasakan rindu? Apakah rindu juga sadar bahwa dia sedang dipertimbangkan oleh banyak insan, sepasang insan, dimuka bumi ini?
Setiap detik. Setiap langkah, nafasku berhembus rindu. Sebuah hembusan nafas dengan tahanan tak terluapkan. Rindu tak berlabuh. Rindu tak berpeluk. Rindu tak mengaduk. Karena apa yang ingin hati kata tak tersampai, akan dibawa angin hingga sampai, atau bahkan lalai. Karena rindu yang tertahan akan sampai pada saatnya, akan sampai pada waktunya, akan sampai pada orang-nya. Aku, kamu. Kita berdua, menahan rindu. Pilu.
Comments
Post a Comment