Hal yang selalu menjadi favorite saya adalah mengamati kehidupan orang lain. Kebiasaan yang mungkin tak akan terhenti, dan saya sangat menikmati ini. Kisah ini adalah sebuah kisah nyata dari beberapa kisah masyarakat di sekitar lingkungan saya, dimana saya melihat langsung sebuah kejadian yang menurut saya tidak wajar sama sekali.
Banyak orangtua yang tanpa sadar mejadikan anak mereka sebagai dampak dari kecerobohan yang mereka lakukan sendiri, apalagi ini terjadi pada anak-anak yang usianya masih sangat perlu diperhatikan segala didikan yang diberikan.
Kisah Pertama
Objek didalam kisah ini terjadi pada hari yang berbeda, dengan kejadian yang sama. Saya berpikir sejenak, dalam dua hari berturut-turut saya menyaksikan sebuah kisah yang sama. Anak yang berusia yang terlihat masih di bawah lima tahun sedang keluar rumah, mengunjungi sebuah tempat dengan orang tuanya. Hal yang terjadi ialah, si anak perempuan (kedua objek bertepatan perempuan) sedang merasakan sebuah desakan ingin buang air kecil (BAK) dan mungkin tak tertahankan. Di hari yang pertama tindakan yang dilakukan oleh sang Ayah ialah membukakan celana sang anak dan membiarkannya melakukan tindakan BAK tersebut didepan toko penjual pulsa, yang pada akhirnya mereka berdua malah masuk ke dalam toko tersebut ( yang didalam benak saya ialah pasti mereka saling kenal) dan yang saya pertanyakan, mengapa sang Ayah tidak mengajak sang Putri masuk, dan pergi ke kamar mandi. Tindakan semacam ini membuat saya sangat miris sekali dengan apa yang saya lihat. Ayah yang seharusnya menuntun sang Puteri untuk melakukan hal baik, namun sebaliknya. Bukan hanya hal buruk yang telah diajarkan oleh sang Ayah tentang BAK sembarang tempat, namun juga pastinya akan menimbulkan bau pesing di depan rumah sang pemilik toko pulsa.
Hal serupa juga terjadi di depan sebuah foto kopi yang cukup besar sekalian rumah sang pemilik. Kedua orang- tua yang membawa anak tersebut baru saja selesai melakukan transaksi pada tempat Fotokopian tersebut. Setelah balik ke motor, sang anak merasakan desakan BAK yang membuat sang Ibu segera membukakan celana sang anak dan membiarkannya BAK sembarangan di atas tanah di depan fotokopi tersebut. Hal yang juga sangat miris. Saya tak berhenti bertanya mengapa terkadang masyarakat tak bisa berfikir jernih? Hal yang telah diajarkan sang Ibu ialah BAK sembarangan, padahal dia berada di depan sebuah fotokopi yang pastinya memiliki toilet. Belum lagi bisa saja bau pesing yang mungkin di timbulkan, dan bisa saja kuman yang terdapat pada tanah-tanah tempat anak perempuan tersebut melakukan BAK. Saya hanya bisa berharap bahwa hal-hal kecil seperti ini tidak seharusnya diabaikan oleh orang tua terhadap anaknya.
Kisah Kedua
Sungguh miris, dan mungkin juga mengajarkanmu untuk mensyukuri hidup, ketika kamu bisa lebih baik dibandingkan dengan orang lain. Hal yang selalu saya dan Ayah saya perhatikan, seorang anak kecil yang membantu Ayahnya bekerja setiap hari disebuah tempel ban dan dia tidak bersekolah. Suatu waktu, saya dan Ayah ingin melakukan 'isi angin' dengan motor yang kami gunakan, lalu Ayah berkata ' tidak usah di tempat seperti itu, kasihan anak-nya masa tidak sekolah, Kasihan. Mari kita cari yang lain' sejenak mungkin dapat dikatakan sebuah ke-egoisan. Mungkin saja memang sang Ayah tak mampu menyekolahkan anaknya, mungkin saja memang si Ayah yang tidak mau repot-repot menyekolahkan anak-nya, atau malah anaknya sendiri yang tau mau sekolah. Semua hal yang saya sebutkan memang bisa menjadi satu alasan mengapa anak tersebut tidak sekolah, Namun hal yang seharusnya ialah dia mendapatkan didikan yang layak, sekolah, mendapatkan pelajaran, segala hal yang mendukung untuk masa depannya. Wahai Ayah maupun Ibu yang ada di dunia ini, kasihanilah anak anda, berusahalan untuk memberikannya pendidikan yang layak, yang memang seharusnya pantas dia dapatkan, bukan malah mencari duit karenan memang belum saatnya.
Kiranya kita semua yang membaca tulisan ini dapat mengerti mengapa saya menuliskan ini. Karena saya berharap hal seperti ini tidak terluang kembali. Karena anak ialah sebuah tabungan masa depan orangtua. Mari berikan yang paling layak dan terbaik untuk anak-anak, karena merekalah pemegang masa depan, penerus bangsa, penerus keluarga.
Comments
Post a Comment