Waktu itu aku duduk dengan rapi, segala genggaman ditangan dan buku bertumpukan. Saat itu siang, cuaca yang cukup hangat dan menggerahkan. Seseorang datang, berhenti tepat disebuah tempat pengambilan uang. Berdiri. Rapi.
Celana panjang berbaju cokelat batik. Memakai earphone ditelinga. Memegang hape dan melihat kearah bawah lalu mengambil uang secukupnya. Dia terlihat baik. Dia terlihat berwibawa dan bijaksana. Jalan dengan tenang tanpa menoleh kemanapun. Aku hanya berdiam
Aku berpindah. Melangkahkan kakiku yang tak kunjung fokus karena dia. Aku hanya melihat ponselku. Ponsel bergambarkan dirimu dari jauh. Aku bahkan tak pernah berfikir hingga sekarang mengapa aku melakukannya. Andai saja kamu tahu, bahwa ini baru sekali terjadi. Dan selalu saja membuatku penasaran.
Kita lupa. Kita lupa berkenalan dan menggenggam tangan. Aku memutuskan untuk berbalik dari arahku dan melihatmu kembali. Aku mengira kamu sudah hilang, ternyata kamu hanya menepi. Ponsel yang selalu saja menjadi perhatianmu. Ya, mungkin saja kamu malu.
Mereka berkata aku konyol. Mereka bilang aku sedikit lari dari jalur yang seharusnya. Tapi aku tahu, bahwa aku tidak. Fikirku selurus yang seharusnya. Melihatmu dan menemukan sesuatu yang berbeda.
Aku kira dunia fantasi itu bohong. Aku kira fairy tale itu cuman kisah buatan belaka. Lalu aku tahu, rasa ini adalah rasa yang akan diceritakan sebagai fairy tale belaka. Tak pernah kurasa aku bisa senormal ini. Memikirkan Kamu yang sama sekali tidak aku tahu. Hanya saja aku mengerti, dan memahami. Bisa saja saat itu kamu malu. Melihat tingkahku yang tak berhenti memperhatikanmu. Setidaknya kamu tahu, penggemarmu sudah tambah satu.
Comments
Post a Comment