Setiap kali aku berserah pada malam, dia hampir tak perduli. Malam selalu membiarkan aku untuk merasakan getirnya rasa yang mungkin bukan hanya aku yang rasa. Mereka bilang, abaikan saja malam jika dia mengabaikan aku, namun aku tak pernah sanggup untuk itu.
Setiap hari aku selalu bercerita pada malam, bercerita tentang kamu yang tak kunjung pulang membawa genggaman dan sebongkah pelukan erat memeluk rapat. Malam bilang, pundak juga tak sabar, hanya saja, pundak tak punya alasan banyak untuk segera beralih waktu dan memberikan sandaran.
Bukankah malam selalu saja memberikan kesedihan? Apa malam juga membawa kesenangan padamu? Tentu. Aku percaya malam akan membawa pundak-ku pulang.
Memberikan sandaran kuat dan pelukan nan hangat. Menenangkan bahwa pundak memang akan selalu pulang pada saat dan waktu yang tepat.
Aku tak perduli seberapa sering mereka dan malam berkata bahwa apa yang kutunggu tak selalu datang pada waktu yang tepat. Namun yang kutahu, pundak-ku akan selalu ada untuk memberikan sandaran, memberikan pelukan nan hangat juga erat. Bukan-kah memang begitu? Tentu. Pulanglah, Pundak.
Comments
Post a Comment