Kisah ini
berawal saat saya melewati salah satu jalan raya di kota saya, Medan
tercinta. Saat itu saya sedang
memandangi daerah sekitar, berhubung saya sangat suka sekali mengamati. Entah
berawal dari mana, tapi mengamati orang-orang adalah hal yang paling saya sukai
saat ini, dari hasil mengamati orang lain, saya belajar banyak hal.
Saat itu, saya
melihat seorang anak, di sebuah pajak, sedang mengatur kendaraan, atau yang sering dijadikan pekerjaan dadakan, seorang
tukang parkir. Jujur, saya sangat sedih, merasa sangat miris sekali. Sebelum
membahas anak kecil tersebut, saya ingin membahas mengenai pekerjaan tukang
parkir yang sangat mewabah sekali di daerah ini akhir-akhir ini. Entah mengapa,
namun itu sangat menggangu, contohnya, saya berada disebuah tempat supermarket
yang sudah banyak tersebar di seluruh Indonesia, salah satu supermarket ter-nama. Saya berkunjung untuk membeli
sesuatu, dan ternyata saat saya keluar dari tempat itu saya malahan dimintai
uang parkiran, yang saya merasa bahwa dimana-mana supermarket ini tidak memiliki jasa parkiran, dan yang paling saya sedihkan
ketika saya laporkan pada pihak yang berjaga diudalam supermarket, dan sayang
sekali jawaban yang mereka katakana ialah “kami kurang mengetahui soal biaya parkir
tersebut,kak” padahal saya tepat masih parkir di depan supermarket tersebut.
Well, balik ke
cerita saya awal tadi, seorang anak kecil, yang masih bersekolah, jika
ditebak-tebak, saya rasa anak tersebut masih duduk dibangku SMP. Seorang anak
yang seharusnya berada dirumah, membantu orang tua, atau malah yang selayaknya
berada ditempat bimbingan belajar, menimba ilmu, namun berada di pajak tersebut
untuk menjadi seoraang tukang parkir. Saya rasa tidak salah, ketika seorang
anak memang harus membantu orang tua, namun dengan pekerjaan yang menurut saya
layak, contohnya : Membantu mengangkat barang
jika memang orangtuanya berjualan yang berbau angkat-mengangkat ;
misalnya seperti membungkus makanan,jika orangtuanya berjualan makanan ;
menimbang jika memang orangtuanya berjualan buah-buahan. Hal-hal seperti itu
masih masuk akal menurut saya, ketimbang anak tersebut berada di dekat pasar,
menjadi orang yang mengatur-atur
kendaraan, hanya diam , duduk, menunggu kendaraan (si pemilik) atau bahkan kadang saya
tidak yakin tukang parkir menjaga full time saat di tinggalkan. Hal yang sangat
aneh, yang menurut saya tidak wajar, namun terjadi.
Saya sangat
menyayangkan anak-anak seperti mereka telah mencari uang sebelum waktunya,
mengabaikan pelajaran, mengabaikan pekerjaan rumah, dan keluar mencari hal-hal
yang bisa menambah duit mereka. Saya percaya, bahwa penerus bangsa ialah
mereka-mereka yang masih muda, namun sayang sekali ketika sang penerus bangsa
menjadi terlantar karena ha-hal sederhana.
Comments
Post a Comment