Hai para pembaca
setia, kembali lagi dengan saya si penulis blogger, gadis imut nan lucu juga
menggemaskan. Well, hari ini topic yang saya tuliskan ialah mengenai
kejanggalan masa gitu. Sesuatu kan? Banget deh pokoknya.
Okay, I think it
is enough for the basa basi ya. Let’s start it. Kita akan membahas sesuatu yang
dikenal atau orang mengatakannya ialah sebuah kejanggalan. Kejanggalan adalah
sesuatu yang aneh, dan tidak seperti biasanya. Sedikit diluar dari kewajaran
yang seharusnya terjadi.
Kejanggalan apakah
yang akan saya bahas di topik kali ini? Kejanggalan tentang sebuah yang namanya
prestasi, dan juga sebuah beasiswa yang juga akan mucul seiring dekat prestasi
mahasiswa. Well, kenapa sih mahasiswa berburu yang namanya beasiswa terlepas
dari yang namanya membiayai perkuliahan sendiri, saya rasa para mahasiswa tidak
akan keberatan untuk mengakui bahwa alasan lainnya adalah untuk memenuhi
kebutuhan mereka sendiri, kebutuhan yang saya maksud ialah kebutuhan diluar
pendidikan seperti makanan mereka, pakaian mereka, untuk jalan-jalan mereka
(apalagi anak kos-an) dan banyak lainnya.
Disini saya akan
membawa sebuah kasus unik yang mungkin banyak juga terjadi di beberapa
universitas yang ada di Indonesia. Mendapatkan beasiswa dikenal dengan modal
IP,IPK yang kamu dapatkan dibangku perkuliahan, terlepas dari itu, ya kamu
harus punya banyak kenalan dengan orang yang bersangkutan. Setelah kamu
melakukan pendaftaran untuk mencapai beasiswa tersebut, dan untungnya kamu
lolos dan masuk ke tahapan wawancara. Saat di tahapan wawancara kamu menjawab
segala pertanyaan yang diberikan kepada kamu dan kamu mampu menjawabnya dengan
baik. Dan, untungnya lagi adalah kamu menang dan berhak mendapatkan beasiswa
tersebut. Selamat ya! Okay, ini bukan inti dari kejanggalan yang saya
maksud-kan.
Next, kita akan
masuk kelanjutan kisah yang ada. Ini adalah sebuah kisah nyata yang mungkin
membingungkan. Kamu lulus menerima duit tersebut dan kamu menjadi bangga bahwa
diri kamu memang bisa pada akhirnya. Tindakan yang dilakukan ialah memberitahu
orang tua akan kabar bahagia yang menurut kamu memang bahagia. And, anggap
disini kisah kamu adalah dengan kondisi orang tua yang mencukupi, tidak lebih dan tidak kurang. Saat kamu jujur
akan apa yang kamu dapat, kamu berharap kata yang diucapkan adalah “selamat”, “cie
dapat beasisewa cie”, dan “makan-makanlah,udah cair”, yang pada akhirnya tidak
keluar dari mulut kedua orangtuamu. Tahukah kamu sakitnya berada dimana?
Okay, seketika
kamu terdiam akan kondisi yang terjadi ketika ekspektasi tidak sama dengan
realita yang terjadi. Dan, kamu pun merenungi apakah ini tindakan salah atau
tidak, atau bahkan kamu bias saja tiba-tiba merasa bosan dan tidak mau
menyampaikannya kembali. Hal yang lebih miris lagi ketika ucapan yang sampai
ketelingamu ialah “ aku masih mampu kok untuk membiayaimu”.
Saya memang
tidak bisa memaksa untuk menyamankan semua orangtua didunia ini bukan, dan
jalan keluarnya hanyalah mengerti sebagai anak muda yang lebih luas tanggapan
dan pemahamannya. Sedih, saya yakin perasaan itu akan mucul jika kata-kata
tersebut muncul dari mulut orangtua yang kamu harapakan ialah kata yang sudah
saya ucapkan tadi. Terkadang, niat baik seorang anak menjadi salah arti bagi
orangtua, walaupun seperti yang saya katakana bahwa tidak semua orangtua mampu
memahami tujuan dan niat baikmu. Inilah kejanggalan
yang saya maksudkan, yang kadang terjadi disekitar kita atau bahkan didiri kita
sendiri. Sebuah niat yang tulus membantu, tulus memenuhi diri, menjadi sebuah
salah paham yang menjurus kepada “orangtua tidak mampu membiayai” yang memang
pada akhirnya itu bukanlah niat utama, namun hanya ingin membiayai diri sendiri
dan juga menimati hasil pelajaranmu, karena salah satu kenapa diberikannya
beasiswa ialah karena prestasi yang kamu dapatkan.
Inilah kisah
yang ingin saya bagikan, bukan ada maksud untuk menyinggung orang-orang yang
bersangkutan pada kisah ini, namun hanya untuk membuka mata hati dan pikiran
kita semua terhadap apa itu beasiswa, mengapa itu dikasih dan mengapa kita
layak untuk menerimanya. Biarlah membuat kita lebih menjadi terbuka dan
open-minded sehingga kita tidak menjudge orang yang bersangkutan, dan supaya
mereka yang bersangkutan tidak merasa patah semangat hanya dikarenakan oleh
pengertian dan pemahaman yang salah. Semoga bermanfaat!
Comments
Post a Comment